Quality Control

QC

2.1       Pengertian Quality Control

            Pengendalian kualitas adalah aktivitas pengendalian proses untuk mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan, dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar (Purnomo, 2004). Tujuan dari pengendalian kualitas adalah mengendalikan kualitas produk atau jasa yang dapat memuaskan konsumen. Pengendalian kualitas statistik merupakan suatu alat tangguh yang dapat digunakan mengurangi biaya, menurunkan cacat dan meningkatkan kualitas pada proses manufakturing. Pengendalian kualitas memerlukan pengertian dan perlu dilaksanakan oleh perancang, bagian inspeksi, bagian produksi sampai pendistribusian produk ke konsumen. Pengertian kualitas itu sendiri, yaitu dapat diartikan sebagai derajat atau tingkatan di mana produk atau jasa tersebut mampu memuaskan keinginan dari konsumen (Purnomo, 2004).

Menurut Reza Nasrullah (1996), pengendalian kualitas merupakan suatu kegiatan untuk memastikan apakah kebijakan dalam hal mutu atau ukuran seberapa dekat sebuah barang atau jasa memiliki kesesuaian dengan standar-standar yang dicantumkan yang dapat tercermin dalam hasil akhir atau pengendalian kualitas dapat dikatakan juga sebagai usaha untuk mempertahankan mutu dan kualitas dari barang yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan-kebijakan perusahaan. Aktivitas pengendalian kualitas pada umumnya meliputi kegiatan-kegiatan seperti berikut ini (Purnomo, 2004):

  1. Pengamatan terhadap performansi produk atau proses.
  2. Membandingkan performansi yang ditampilkan dengan standar yang berlaku.
  3. Mengambil tindakan-tindakan bila terdapat penyimpangan-penyimpangan yang cukup signifikan, dan jika perlu dibuat tindakan-tindakan untuk mengoreksinya.

Suatu perusahaan bila dengan efektif menggunakan kualitas sebagai strategi bisnisnya akan mendapatkan kenaikan keuntungan dari strategi tersebut. Konsumen akan memutuskan untuk membeli suatu produk dari perusahaan tertentu yang lebih berkualitas daripada saingan-saingannya sehingga kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Alasan-alasan mendasar pentingnya kualitas sebagai strategi bisnis adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004):

  1. Meningkatnya kesadaran konsumen akan kualitas dan orientasi konsumen yang kuat akan penampilan kualitas.
  2. Kemampuan produk.
  3. Peningkatan tekanan biaya pada tenaga kerja, energi dan bahan baku.
  4. Persaingan yang semakin intensif.
  5. Kemajuan yang luar biasa dalam produktivitas melalui program keteknikan kualitas yang efektif.

2.2       Dimensi-dimensi Kualitas Produk

Kualitas biasanya tidak hanya ditentukan oleh satu atribut atau dimensi tunggal, tetapi kualitas memiliki dimensi yang banyak sehingga sulit untuk  mendefinisikan. David Gorvin, Profesor administrasi bisnis pada Havard University menyarankan subyek kualitas yang diterapkan pada produk dan mengidentifikasi delapan dimensi yang berbeda, yaitu (Reza Nasrullah, 1996):

  1. Untuk kerja (kinerja, performansi, prestasi) dari fungsi mengenai seberapa baik suatu produk melakukan apa yang memang harus dilakukan oleh produk tersebut.
  2. Sifat-sifat khusus dan menarik minat (features) yang menjadikan suatu produk unik dibandingkan dengan produk sejenis dari produsen lain.
  3. Keandalan (realibility), yaitu kemampuan produk untuk bertahan atau tidak mogok dalam masa kerjanya.
  4. Kecocokan atau kesesuaian (conformance) dengan standar industri, misalnya standar gas buang pada kendaraan bermotor tidak boleh melebihi sekian persen kandungan tembaga.
  5. Daya tahan produk (durability) terhadap waktu, tidak mudah rusak ukuran umur produk dan teknologi modern mempengaruhinya.
  6. Kemudahan diperbaiki jika terjadi kerusakan (serviceability). Produk yang digunakan untuk jangka waktu yang lama memungkinkan harus diperbaiki atau dipelihara, sehingga dibutuhkan ketersediaan suku cadang, tenaga ahli ataupun mekanisme kerja produk itu sendiri yang cukup sederhana sehingga tidak sulit untuk diperbaiki.
  7. Keindahan penampilan (aesthetic). Gorvin menyadari keindahan (Aesthetics) suatu produk memungkinkan pelanggan termotivasi oleh kualitas produk.
  8. Persepsi konsumen dimensi ini tidak didasarkan pada produk itu sendiri tetapi pada citra dan reputasinya.

Davin Garin menyadari bahwa suatu produk biasanya tidak unggul dalam semua dimensi, sebaliknya produsen memilih kombinasi yang membuat produk memiliki suatu keunggulan kompetitif. Tapi jika kedelapan dimensi itu ada dalam pikiran seluruh jajaran organisasi perusahaan, maka manajemen kualitas akan lebih mudah dilaksanakan.

2.3       Tujuan Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan-tujuan dari pengendalian kualitas adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004):

  1. Pengendalian kualitas terhadap suatu bahan atau produk sehingga bahan atau produk tersedia memenuhi spesifikasi.
  2. Agar dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.
  3. Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan dengan rencana melalui instruksi-instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
  4. Mengetahui apakah kelemahan dan kesulitan serta menjaga jangan sampai terjadi kesalahn lagi.
  5. Mengetahui apakah segala sesuatunya berjalan dengan efisien dan apakah mungkin dapat diadakan perbaikan.

2.4       Anjuran Deming

Dr. W Edwards Deming, seorang profesor statistik di New York University tahun 1940-an adalah salah satu pakar manajemen kualitas Amerika Serikat yang terkenal karena 14 pokok-pokok manajemen mutu yang dipercayai sebagai kunci mencapai kualitas. Adapun anjuran-anjuran dari Dr. Deming adalah sebagai berikut (Reza Nasrullah, 1996):

  1. Menciptakan stabilitas motivasi untuk selalu memperbaiki produk dan jasa dengan niat tetap mempunyai daya saing, usaha lestari dan memberikan lapangan pekerjaan.
  2. Adopsi filosofi baru, dimana hidup pada zaman ekonomi baru yang tidak bisa lagi menerima gaya manajemen Amerika yang mengesahkan tingkat tertentu dari penundaan, kesalahan dan cacat produk.
  3. Menghilangkan ketergantungan pada pemeriksaan produk untuk mencapai produk bermutu.
  4. Meminimalkan ongkos total, akhiri kebiasaan menghargai bisnis atas dasar potongan harga.
  5. Memperbaiki sistem produksi dan pelayanan, agar mutu dan produktivitas terus diperbaiki, dan demikian diupayakan tanpa henti penurunan ongkos.
  6. Melembagakan pelatihan pada saat bekerja.
  7. Melembagakan pengawasan.
  8. Membersihkan rasa takut, sehingga setiap orang bekerja dengan efektif untuk perusahaan.
  9. Menghapus penghalang antar departemen.
  10. Menghilangkan slogan-slogan dan target-target yang harus dicapai para pekerja, jika tidak dilengkapi dengan cara-cara mencapainya.
  11. Menghilangkan standard kerja yang menyarankan angka target.
  12. Hapus penghalang antara pekerja tidak tetap dengan hak-haknya untuk bangga dengan kemampuan kerjanya.
  13. Melembagakan program ketat pendidikan dan pelatihan.
  14. Meletakkan setiap orang di setiap perusahaan untuk bekerja melaksanakan pengubahan bahan baku menjadi barang jadi, dengan menanamkan bahwa pekerjaan ini adalah tanggung jawab setiap personil perusahaan.

2.5.      Jenis-jenis Piranti Data untuk Perbaikan Kualitas

Jenis-jenis piranti data untuk perbaikan kualitas terdiri dari dua data, yaitu piranti data verbal dan piranti data numerik. Setiap penjelasan mengenai piranti data verbal dan piranti data numerik akan dijelaskan pada sub-bagian di bawah ini.

2.5.1    Piranti Data Verbal untuk Perbaikan Kualitas

Jenis piranti data verbal untuk perbaikan kualitas terbagi menjadi menjadi enam. Adapun keenam jenis piranti data verbal tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Diagram Alur (Flow Chart)

Diagram alur adalah gambaran skematik diagram yang menunjukkan seluruh langkah dalam suatu proses dan menunjukkan bagaimana langkah itu saling mengadakan interaksi satu sama lain.

2.    Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram)

Diagram sebab-akibat merupakan suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian dan kesenjangan yang ada.

3.    Kertas Periksa (Check Sheet)

Kertas periksa merupakan piranti yang digunakan untuk menghitung seberapa sering sesuatu terjadi dan digunakan dalam pengumpulan dan pencatatan data.

4.    Diagram Pencar (Scatter Diagram)

Diagram pencar merupakan diagram yang menunjukkan kemungkinan hubungan antara pasangan dua macam variabel dan menunjukkan keeratan hubungan antara dua variabel tersebut yang sering diwujudkan sebagai koefisien korelasi.

5.    Diagram Perjalanan (Run Chart)

Diagram perjalanan adalah grafik yang menunjukkan variasi ukuran sepanjang waktu, kecenderungan, daur dan pola-pola lain dalam suatu proses.

6.    Control Chart

Control Chart merupakan grafik yang menyerupai run chart yang digunakan untuk menentukan apakah suatu proses berada dalam keadaan in control atau out control.

2.5.2    Piranti Data Numerik untuk Perbaikan Kualitas

Jenis piranti data numerik untuk perbaikan kualitas terbagi menjadi menjadi empat. Adapun keempat jenis piranti data numerik tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Pareto Chart

Pareto chart adalah alat yang digunakan untuk membandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya untuk menentukan pentingnya kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab yang akan dianalisis.

  1. Histogram

Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data pengukuran dan variasi data proses.

  1. Brainstorming

Brainstorming merupakan cara untuk memacu pemikiran kreatif guna mengumpulkan ide-ide dari suatu kelompok dalam waktu yang relative singkat.

  1. Diagram Gabungan (Alternative Diagram)

Diagram gabungan adalah diagram yang digunakan untuk menyaring data yang berjumlah besar dan menciptakan pola pikir baru.

2.6.      Peta Kontrol

Peta kontrol merupakan alat untuk mengawasi kualitas dengan mudah sehingga mudah untuk menentukan keputusan apa yang harus diambil jika terjadi produk yang menyimpang (Purnomo, 2004). Peta kontrol merupakan peta yang dijadikan pedoman dalam pengendalian kualitas yang dikemukakan oleh Dr. Shewhart untuk mengetahui apakah sampel hasil observasi termasuk daerah yang diterima atau accepted area maupun daerah yang ditolak atau rejected area (Prawirosentono, 2001). Secara umum dapat dikatakan bahwa peta kontrol dapat digunakan untuk mengetahui informasi berikut (Prawirosentono, 2001):

  1. Kemampuan proses produksi, artinya apakah mesin-mesin masih berjalan baik sesuai rencana atau tidak.
  2. Pengendalian mutu dari produk akhir, agar mutu produk akhir tetap baik sesuai dengan standar.
  3. Membatasi toleransi penyimpangan (variasi) produk yang masih dapat diterima akibat kelemahan tenaga kerja, mesin, dan lain-lain.

Ada dua macam peta kontrol, yaitu peta kontrol untuk variabel dan peta kontrol untuk atribut. Setiap penjelasan mengenai kedua jenis peta kontrol tersebut akan dijelaskan pada sub-bagian di bawah ini.

 

2.6.1    Peta Kontrol Variabel

Data yang diperlukan harus dapat terukur dan karekteristik kualitas ditentukan oleh besar kecilnya penyimpangan terhadap unit ukuran yang distandarkan. Pengendalian kualitas variabel adalah suatu besaran yang dapat diukur, misalnya panjang, berat, umur, komponen, dan sebagainya. Grafik ini menggunakan dua karakteristik pengukuran, yaituu mengukur variabilias dari proses (grafik R) dan mengukur ketelitian dari proses (grafik X). Grafik X menggambarkan variasi harga rata-rata dari sejumlah data yang diambil dari proses kerja. Sedangkan grafik R menggambarkan variasi dari range sampel. Langkah-langkah pembuatan grafik pengendalian X dan R adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004).

  1. Menentukan karakteristik proses yang akan diukur.
    1. Melakukan dan mencatat hasil pengukuran.
    2. menghitung nilai X dan R.
    3. menentukan batas pengendali.

Untuk mencari nilai X rata-rata digunakan rumus:

  =

Dimana:               = total x rata-rata dari tiap observasi

n     = bayaknya observasi

Untuk mencari nilai R rata-rata digunakan rumus:

   =

Dimana :             = total R rata-rata dari tiap observasi

n          = banyaknya observasi

BKA   =           + A2 .

BKB    =           – A2 .

Sedangkan untuk mencari batas bawah dan batas atas pada peta X digunakan rumus :

Dan pada peta R menggunakan rumus:

BKA   =          D4 .

BKA   =          D3 .

Nilai D3,D4, A2, didapat dari tabel. Untuk ukuran sampel lebih kecil atau sama dengan enam, D3 bernilai nol. Dengan demikian, batas kontrol bawah R sama dengan nol.

Tinggalkan komentar